Soekarno dan Partai Nasional Indonesia

Soekarno mengawali kiprahnya dalam pergerakan nasional Indonesia dengan mendirikan organisasi politik Partai Nasional Indonesia. Partai Nasional Indonesia didirikan pada tanggal 4 Juli 1947 oleh Soekarno sekaligus menjabat sebagai ketua partai. Partai Nasional Indonesia (PNI) menyadari bahwa kemerdekaan diperlukan bangsa Indonesia untuk membangun sebuah negara yang berdaulat. Untuk itulah PNI mengkampanyekan betapa pentingnya arti kemerdekaan dikalangan bangsa Indonesia saat itu.

Dibentuknya Partai Nasional Indonesia PNI oleh Soekarno karena terinspirasi oleh para tokoh Perhimpunan Indonesia (PI) yang memiliki tekad kuat memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Soekarno kemudian membentuk kelompok belajar dengan nama ASC (Algemeene Studie Club) membahas tentang Indonesia Merdeka. Soekarno kemudian mengadakan pertemuan dengan beberapa sahabatnya yaitu Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Soedjadi, Mr. Budiarto, Mr. Soenarjo, dan Dr. Cipto Mangunkusumo kemudian menghasilkan keputusan membentuk Perserikatan Nasional Indonesia. Tahun 1928 Perserikatan Nasional Indonesia diganti menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Lambang PNI
Soekarno yang sangat ahli dalam berpidato engan orasi-orasi tenang kemerdekaan membuat PNI semakin dikenal dikalangan masyarakat. PNI kemudian dianggap  berbahaya bagi pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda kemudian perintah penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI pada tanggal 24 Desember 1929. Beberapa tokoh PNI yang menjadi target penangkapan yaitu Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja.

Pada tanggal 18 Agustus 1930 para tokoh PNI seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja diadilan. Sidangan peradialan dilakukan di Landraad kota Bandung. Dalam persidangan para tokoh PNI dituntut atas tuduhan akan menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda. Atas tuduhan tersebut Soekarno menyampaikan pidato pembelaannya yang sangat terkenal dengan judul Indonesia Menggugat. Peradilan kemudian memutuskan hukuman penjara bagi para tokoh PNI di penjara Sukamiskin, Bandung.
Ir. Soekarno
Pada Tahun 1931 terjadi pergantian kepemimpinan dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno yang sebelumnya menjabat sebagai ketua PNI kemudian digantikan oleh Mr Sartono. Mr Sartono kemudian membubarkan Partai Nasional Indonesia (PNI) lalu mendirikan Partindo (Partai Indonesia). Keputusan Mr Sartono membubarkan Partai Nasional Indonesia (PNI) menjadi Partindo tidak disetujui oleh Moh. Hatta kemudian mendirikan PNI baru atau Pendidikan Nasional Indonesia. Perbedaan sikap dalam tubuh PNI membuat Soekarno harus menentukan sikap, akhirnya Soekarno bergabung dengan Partindo.

Dalam perkembangannya PNI mampu menjadi sebuah partai yang besar. Terbukti pada pemilihan umum tahun 1955 PNI berhasil mendapatkan suara terbanyak disusul oleh Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemilihan umum 1955 dilaksanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap yang bertujuan memilih anggota DPR pada 29 September 1955 dan anggota Konstituante 15 Desember 1955.